KEKUATAN TEAM, dan THE MAN OF ACTION
Langkah Pertama: Kekuatan niat
Bangunan
pertama dalam setiap langkah dan pilihan tindakan yang kita tempuh
adalah niat yang tulus dan hati yang suci (KH Dahlan) sehingga dalam
setiap tindakan dan niat yang mendorong tidak memberikan ruang-ruang
yang terkontaminasi oleh negatifisme sehingga akan rapuh dalam
perjalanannaya. Salah satu cara untuk menghindar dari kejahatan niat
buruk adalah meyakini dengan benar bahwa hidup adalah ladang menanam
kebaikan, hidup adalah berkelompok saling menolong, simbiosis mutualisme
sebagai makhluk soSial, makhluk berbudaya, di sisi lain sebagai
pemimpin di bumi yang tentu dari sana kita berkeinginan kuat menjadi
muslim yang kuat menjadi pribadi mulia yang bermanfaat bagi orang lain.
“sesungguhnya segala sesuatu dinilai dari niatnya”. Bukankah begitu ?
Langkah Kedua: Kekuatan Aksi
KHA
Dahlan dikenal dengan sebutan the man of action, artinya tindakan itu
menjadi sangat penting dan bukan hanya hafalan, pemahaman sebagaimana
kisah dengan santrinya mengenai ajaran surat al-maun yang tidak hanya
dihafal di luar kepala tanpa tindakan yang menunjangnya. Dari sinilah
kemudian muncul ungkapan banyak bekerja sidikit bicara yang sekarang
jadi iklan rokok: talk less, do more. Kira-kira begitu kemudian
kita juga bisa mengambil pelajaran darinya untuk mengelola lembaga yang
sekarang mulai kita fikirkan dan berdayakan ini. Lapsi kemudian
menjadi tempat berkumpul anak muda yang tidak akan tinggal diam dan
berpangku tangan.
Dalam
waktu yang dekat, kita bisa mengadakan kegiatan polling pemilu pemila
yang ditentukan respondennya dan ini menjadi responden tetap dalam
polling berikutnya. Kita juga memanfaatkan gedung ruang yang ada, ada
perpsutakaan yang cukup nyaman di PP Cikditiro untuk diskusi dan
kajian. Agar kita responsive dan menjadi kekuatan baru the man of action yang lama sudah tidak dijadikan referensi.
Langkah Ketiga: kekuatan berfikir
Cara
berfikir kritis mempunyai banyak kelebihan, tapi salah satu
kelemahannya adalah paradigma berfikir kritis diniali akan menggempur
sikap optimisme dan positif thingking akan satu hal sehingga memang
berpotensi konflik. Tapi cara berfikir kritis perlu dalam melihat
realitas social yang tidak tunggal dan seragam. Namun jangan sampai
terlalu kritis lalu melihat banyak hal dengan optimis, curiga, dan
akhirnya tidak produktif dan tida terukur. Perlu menggalakkan: positif thingking, feeling and action. Agar selalu optimis dan visioner.
Langkah Keempat: Kekuatan menjalin komunikasi
Tekhnologi
memungkinka orang untuk menghilangkan sekat ruang dan waktu,
silaturahmi kini berpindah haluan dalam konsep jejaring sosial via
media internet yang cukup massif 3 tahun terakhir ini. Bahkan dalam
satu ruang saja kita bisa berkomunikasi tanpa harus bertatap muka
secara fisik. Meski ini banyak kelemahan namun bisa juga dijadikan
alternative untuk mengatakan kurang ada komunikasi. Ke depan lembaga
apa pun tentu harusnya memanfaatkan tekhnologi, jika mau efektif dan
efesien. Melek huruf sedang berkembang di pedalaman, dan diper kotaan
terjadi gelombang pentingnya melek media dan melek internet.
Langkah Kelima: Kekuatan ESQ
Saya
kira kekuatan ESQ sudah banyak dibaca dan dipercayai sebagai jawaban
bahwa antara hati-fikiran-dan perbuatan itu adalah satu kesatuan,
setali tiga uang untuk mengatakan bahwa agama dan perasaan menjadi
penting dalam menyemai relasi social, relasi bisnis dan organisasional
atau hubungan antar personal dan lembaga. Jika konsep ESQ dikuasasi
maka konflik akan berkurang, dan jika hidup dalam damai dan penuh suka
cita maka produktifitas kerja samakin tinggi. Kira-kira begitu teori
ESQ mengajarkan. Mari kita buktikan kebenaran hal itu? Saatnya fikiran,
hati, dan tindaka kita damaikan dan saling menguntungkan!
Langkah Keenam: Kekuatan Kreatifitas dan aktualisasi
Lembaga
ini sejak awal harus disepakati bahwa dalam lembaga ini harus
memberikan kemungkinan kesempatan untuk semua orang, mengembangkan
potensinya, mengalami aktualisasi dan mendapatkan apresiasi dari sesama
anggota atau tim dalam lembaga. Tanpa itu semua akan terjadi
strukturasi atasa bawahan, jangan sampai ini terjadi, struktur itu
harusnya memudahkan dan bukannya malah menghalangi untuk mengembangkan
kreatifitas dan aktualisasi diri. Mencoba membiasakan cara berfikir
yang menang-menang (win win solution) dan bukanya menang versus kalah.
Langkah Ketujuh: Kekuatan Kelompok
Lembaga
sama dengan komunitas, sama dengan organ tubuh, saling menguatkan dan
jika sakit berbagi rasa “tidak nyaman” atau rasa nyeri. Dengan demikian
kita sedang mencoba seberapa besar kekuatan kita jika berkelompok
dengan mimpi yang serupa untuk kemajuan dan kebaikan. Jika kita di
rumah atau di kost-kost-an kita hanya bisa melakuan aktivitas pribadi
dengan dimensi yang sangat terbatas dan sekarang, hari ini kita
berkumpul di suatu komunitas dan kita bisa melakukan hal-hal yang luar
biasa, mampu menembuas egoisme dan prasangka serta bisa melakukan
kegiatan yang multi dimensi dan menembus batas ruang dan waktu…sampai
jauh kita melangkah dan saling menopang satu sama lainnya.
|
Tidak ada komentar
Posting Komentar